Bhagavad Gita: 3 Alasan Berhenti Makan Daging

Makanan yang kita makan mempengaruhi apa yang kita buat dari diri kita. Saat kita makan makanan yang baik, tubuh kita mengembangkan kecenderungan satwik (kebaikan). Namun, jika kita makan makanan yang buruk, tubuh kita juga berubah sesuai dengan makanan tersebut. Akal sehat yang lebih penting lagi, pikiran kita juga dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi.

Guruji sedang mengajar murid-muridnya bahwa makanan memiliki dampak pada pikiran. Para murid berkata, "Guruji, hal ini sepertinya tidak masuk akal. Pikiran itu halus dan makanan adalah benda kasar. Bagaimana bisa ada hubungan?" Guruji berkata, "Baiklah, berhenti makan." Dia membuat muridnya berpuasa selama 15 hari dan kemudian bertanya, "Apakah kamu ingat mantra ini?" Muridnya melupakan semua mantra. Guruji berkata, "Baiklah, sekarang makanlah," dan muridnya mulai mengingat mantranya lagi. Guruji berkata, "Lihat, ada hubungan antara makanan dan pikiran."

Kitab suci Veda dan Bhagavad Gita berulang kali mengingatkan kita akan pentingnya ilmu tentang makan yang benar dan sehat. Makanan secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga mode: kebaikan, nafsu, dan kebodohan.

1. Makanan dalam Sifat Kebaikan

Ini adalah makanan alami yang diciptakan oleh Tuhan untuk manusia: biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, dan semua produk dari sapi seperti susu. Semua ini merupakan diet satwik yang, jika dikonsumsi dengan benar dalam jumlah sedang, membuat tubuh dan pikiran kita damai, tenang, dan seimbang.

Namun, makanan yang sama ketika dimasak dengan ekstrim, seperti terlalu banyak garam, cabai, gula, atau terlalu asam, masuk ke dalam mode gairah. Ketika kita makan untuk memuaskan lidah kita, kita seharusnya makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Makanan dalam sifat nafsu ini membuat pikiran kita berputar, meningkatkan keinginan duniawi, dan mendambakan hal-hal duniawi.

2. Makanan dalam Sifat Kebodohan

Makanan yang sudah membusuk atau basi, kering, adiktif, dan semua produk daging termasuk dalam kategori makanan tamagoon dalam sifat kebodohan. Ketika kita mengonsumsi makanan tersebut, tubuh dan pikiran kita mengambil disposisi yang sesuai. Sifat kebodohan meningkatkan kekerasan, kemarahan, kemalasan, kecanduan, dan kegelapan jiwa.

Kitab suci Veda berulang kali menyatakan bahwa kita sebaiknya tidak mengonsumsi produk daging. Namun, di seluruh dunia, banyak jiwa mulia dan pemikir hebat yang secara alami condong ke vegetarianisme, meskipun lahir dalam keluarga pemakan daging.


3. Ilmuwan dan Kesadaran Tanaman

Dr. J.C. Bose, ilmuwan dari Kolkata di awal abad ke-20, mengungkapkan bahwa tanaman memiliki kesadaran dan dapat merespons getaran. Tukang kebun yang mencintai tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan mereka, sementara pemburu dengan senjata dapat membuat getaran tanaman berubah.

Bagaimana cara melepaskan diri dari karma membunuh tanaman? Shri Krishna berkata kepada Arjuna bahwa mereka yang mempersembahkan makanan mereka kepada Tuhan dan memakan sisa-sisa persembahan dibebaskan dari dosa, sementara mereka yang hanya makan untuk kesenangan sebenarnya makan dosa. Sikap kita haruslah untuk melayani Tuhan dan menjaga tubuh kita agar dapat menjalankan tugas kita dengan baik.

I WAYAN AGUS NOVA SAPUTRA
I WAYAN AGUS NOVA SAPUTRA Saya adalah penulis blog alumni Mahasiswa Universitas Tadulako Palu Fakultas Hukum