Syarat-Syarat Bakti: Vegetarian dan Pengampunan - Retret JKYog Tanya Jawab dengan Swami Mukundananda

Hidup tidak berakhir hingga napas terakhir. Bahkan jika sebelumnya Anda makan daging, Anda masih bisa berubah. Masa lalu telah usai, selesai, lepaskan bayangannya. Masa depan ada di depan; jangan terusik oleh kesalahan masa lalu. Jika Anda terbelenggu olehnya, masa depan akan hancur.

Hiduplah dengan penuh harap, optimis, dan positif. Anda mungkin telah membuat sejuta kesalahan. Seorang Sufi berkata: "Kau pernah berjanji pada Tuhan untuk tidak berdosa, tapi kau melanggar? Tak masalah! Kembalilah pada-Nya dan berjanji lagi. Dia Maha Pengasih, pasti mengampuni."

Peribahasa Jepang mengatakan: "Jika kau jatuh 20 kali, bangunlah untuk yang ke-21 kali." Jadi, jangan berdalih, "Aku makan daging seumur hidup, harus bagaimana?" Dengan tekad kuat, Anda selalu bisa bertransformasi. Kebiasaan terbentuk dari latihan, dan kebiasaan pun bisa diubah dengan latihan.

Jika dokter memperingatkan bahwa daging berisiko kanker, Anda akan langsung berhenti. Mengapa tidak berhenti demi Tuhan? Makanan berbasis tumbuhan lebih baik untuk kesehatan, pikiran, dan penyucian jiwa. Di Amerika pun sekarang populer produk bertuliskan "Karma Baik" pada kemasan susu atau protein. Jadi, makanlah makanan "Karma Baik"!

Tentang Melupakan dan Memaafkan

Memang sulit memaafkan saat hati terluka. Melepaskan keterikatan sudah sulit, melepaskan kebencian lebih sulit lagi. Jika seseorang menyakitimu, pikiran dipenuhi amarah. Bangkit melampauinya adalah perjuangan berat. Tapi hingga Anda melewati rintangan itu, Anda tak akan maju. Pikiran tetap terbelenggu dendam.

Karena itu, lepaskan kebencian—bukan untuk orang lain, tapi untuk dirimu sendiri. Saat Yesus berkata "Ampuni musuhmu", itu demi kebaikanmu. Dengan memaafkan, pikiranmu merdeka. Tuhan akan catat: "Sadhak ini telah matang, naik ke tingkat berikutnya, layak menerima lebih banyak rahmat." Jika ingin rahmat lebih, praktikkan pengampunan. Jika ingin stagnan, jangan memaafkan. Pilihan ada padamu!

Pilihlah bijak. Bebaskan jiwa dan majulah untuk menerima warisanmu dari Tuhan: Cinta Ilahi. Warisan ini hanya diberikan saat kau belajar memaafkan—bukan sekali, tetapi berkali-kali. Bahkan, pada akhirnya, kau harus memaafkan Tuhan! Mengapa? Karena Tuhan sengaja mengujimu: "Apakah cintamu benar-benar tulus? Jika sedikit saja egois, kau akan berhenti mencinta saat disakiti." Seorang bhakta harus lulus ujian ini.

Ma Anandamayi, seorang suci India, pernah berkata: "Cinta adalah pengampunan abadi. Tuhan terus 'melukaimu', dan kau terus memaafkan." Tuhan tak bertindak sembrono. Semua ujian ini memindahkanmu ke tingkat spiritual berikutnya.

"Jaffa mai bhi andaze Wafa hota hai, Dil ka aaina iss se aur safa hota hai!"

(Bahkan dalam pengkhianatan, cara setia terlihat. Cermin hati semakin jernih karenanya.)

I WAYAN AGUS NOVA SAPUTRA
I WAYAN AGUS NOVA SAPUTRA Saya adalah penulis blog alumni Mahasiswa Universitas Tadulako Palu Fakultas Hukum